BUTUH waktu tiga tahun bagi Kepala SMA Bukit Asam Tanjung Enim, Dra Hj Nurbaiti MM, menanamkan kecintaan lingkungan kepada semua siswanya. Buah kerja keras itu kini berbuah manis dengan diraihnya penghargaan Adiwiyata Nasional Mandiri pada tahun 2013.
Asri dan hijau, inilah gambaran kondisi pekarangan SMA Bukit Asam yang berada di Talang Jawa Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Sekilas, dengan kondisi seperti itu wajar kalau sekolah binaan Bukit Asam Fundation ini menjadi penerima penghargaan Adiwiyata Nasional Mandiri, yang ketika itu penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) di Istana Negara Jakarta.
Sekolah tersebut juga adalah satu-satunya yang meraih penghargaan di Kabupaten Muara Enim.
” Kami sudah merintis sekolah adiwiyata mulai tahun 2010, waktu itu mulai dari adiwiyata tingkat Kabupaten, Propinsi, Nasional dan terakhir Adiwiyata Nasional Mandiri tahun 2013 yang diserahkan Pak SBY di Istana Begara Jakarta,” kata Kepala Sekolah SMA Bukit Asam Dra Hj Nurbaiti MM, Sabtu (17/1/2015).
Menurutnya, keberhasilan meraih Adiwiyata Nasional Mandiri berkat peran serta seluruh siswa dan guru SMA Bukit Asam yang dipimpinnya saat ini. Kondisi sekitar yang mendukung dan pekarangan sekolah yang cukup luas, membuat usahanya melestarikan lingkungan hidup secara maksimal dapat berjalan. Para siswa diajak bercocok tanam, melakukan pembibitan, dan pengelolaan sampah dengan sistem 3R (reuse, reduce, dan recycle).
Untuk melakukan kegiatan ini dengan penuh kesadaran diri, perlu waktu dan persiapan matang serta biaya yang tidak sedikit. Dengan dukungan Yayasan Bukit Asam Fundation, pemerintah, dan para guru mengalokasikan dana untuk program lingkungan tersebut. Bantuan juga datang dari pihak-pihak perusahaan yang ada di sekitar sekolah.
Usaha yang memerlukan kerja ekstra dengan penuh kesabaran yakni pada saat mengajak siswa berpartisipasi mendukung program lingkungan. Ia bersama para guru harus terus mengingatkan mereka untuk membuang sampah dengan membedakan organik dan non organik.
Pihak sekolah sudah menyebar puluhan tempat sampah besar yang masing-masing sudah diberi label organik dan non organik. Untuk menuju SMA Bukit Asam menjadi sekolah Adiwiyata Nasional Mandiri, sebelumnya sekolah telah membentuk tim kusus Adiwiyata yang dipimpin oleh Rusnaidi. Sekaligus juga SMA BA membina 10 sekolah lain yang ada di sekitarnya.
Untuk pembiasaan siswa peduli lingkungan sehari-hari dikelas, Ia membebankan tanggung jawab tersebut kepada petugas piket di kelas masing-masing. Sedangkan untuk tanggung jawab kebersihan di lingkungan sekolah adalah tanggung jawab bersama, yakni kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan petugas kebersihan sekolah.
” Kami tekankan setiap ganti pelajaran di kelas, siswa piket harus memastikan kebersihan kelas sebelum pelajaran selanjutnya di mulai. Dan hal ini sudah berjalan dengan baik hingga sekarang,”tutur Ibu Beti sapaan akrab dilingkungan sekolah yang dipimpinnya itu.
Selain itu, untuk mendukung kegiatan tersebut, sekolah secara rutin menggelar lomba kebersihan kelas dan lomba mading antar kelas. Untuk mading, kata Beti, tema yang diangkat adalah masalah lingkungan. Kegaiatan yang dilombakan tersebut oleh juri dinilai dan pemenangnya akan mendapatkan hadiah berupa peralatan kebersihan kelas.
“Selain itu, ada lomba taman kelas, lomba menulis tentang lingkungan dan lomba karikatur lingkungan,”tambahnya.
Adiwiyata juga masuk dalam kegiatan ekstra kurikuler (ekskul). Saat ini ada puluhan siswa yang bergabung dan membentuk komunitas pecinta alam dengan membuat program peduli lingkungan. Salah satu wujud nyata yang dilakukan adalah pembuatan pupuk kompos cair dari sampah organik. Dan pemanfaatan sampah non organik untuk dijadikan barang daur ulang yang bernilai ekonomi.
” Sampah organik diolah menjadi kompos cair yang bisa di gunakan sendiri maupun dijual. Begitu juga sampah non organik dibuat barang jadi atau dijual untuk menambah nilai ekonomi,”ungkapnya.
Kantin sekolah juga menjadi perhatiannya, Ia memberikan syarat kepada pengelola kantin untuk menjual makanan dan minuman sehat. Dalam penyajiannya juga, pengelola diharuskan menggunakan piring maupun gelas. Para siswa juga disuruh membawa bekas sampah plastik yang tak terpakai dari rumah masing-masing untuk didaur ulang. Seperti botol-botol minuman air mineral setiap seminggu sekali dikumpulkan di sekolah. Secara tidak langsung ia dan para guru telah mengajari siswa dan orang tua siswa bagaimana mencintai lingkungan. ” Membawa sampah ini setiap hari sabtu,”sambungnya.
Ke depan, pihaknya berkeinginan untuk terus menciptakan lingkungan teduh dengan manambah tanaman pohon pelindung serta tanaman bermanfaat seperti tanaman buah, dan bunga. Selain itu juga menciptakan menambah koleksi hayati hidup lainnya.
“Tinggal bagaimana keseriusan seluruh guru dan siswa bersatu sehingga target sekolah hijau berwawasan lingkungan tingat asia bisa tercapai,”pungkasnya.(*)