Chanelinfo.com Prabumulih | Artikel ini memuat ulasan mengenai Merpati Pos dan Penggiat Hobi Penangkaran Burung Merpati yang dapat dijadikan peluang income yang menjanjikan. Berikut bincang-bincang portal ini dengan salah satu penggiat Hobi Burung Merpati Pos ‘Irwanto’ yang tergabung dalam Perkumpulan Olahraga Merpati Pos Seluruh Indonesia Sumatera Selatan (POMPSI Sumsel).
Berdasarkan jenisnya, kata Mas Wanto begitu Pria ini akrab disapa, hobi merpati terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah hobi merpati balap, dan kedua adalah hobi merpati hias. Hobi merpati balap cenderung lebih disukai, karena sesuai dengan karakter merpati, sebagai salah satu unggas yang memiliki sifat pengembara namun setia.
“Sementara itu, hobi merpati pos hanya digemari segelintir penghobi yang menyukai keunikan merpati secara fisik saja. Mulai dari merpati kipas, atau merpati dengan berbagai corak warna yang bervareasi” urai Pria berdarah Jawa ‘Salah Tiga’ ini.
Merpati balap sendiri akhirnya, lanjut Mas Wanto dikelompokkan menjadi tiga bagian. Yang pertama adalah merpati balap jarak jauh atau lebih dikenal juga merpati pos (racing pigeon). Kemudian, merpati balap dasar (sprint), serta merpati balap tinggian atau kolongan.
“Ketiga jenis merpati ini secara fisik memiliki kesamaan, terutama dalam corak warna. Ada yang berwarna kelabu atau abu-abu, megan, coklat, putih maupun hitam. Namun yang pasti, warna tidak berpengaruh pada kualitas burung. Karena, kualitas burung tergantung keturunan. Ya, secara genetika, trah (darah) juara memiliki kecenderungan menurun pada anak-anaknya” ulasnya.
‘MERPATI POS’
“Kita mulai dari hobi merpati pos, karena hobi merpati pos merupakan hobi tertua Sejak jaman penjajahan Belanda, hobi ini sudah ada” imbuh Mas Wanto.
Hobi merpati pos dibawa oleh londo-londo ke Indonesia. Karena leluhur mereka sudah main merpati pos sejak pertengahan abad 20, pada perang dunia kedua. Mengikuti perkembangannya, akhirnya hobi merpati pos yang pada awalnya dimainka di daratan Eropa, kini mulai menyebar keseluruh dunia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, melalui pendahulu-pendahulunya sejak jaman pejajahan Belanda, kemudian hobi ini diturunkan kepada anak-cucu-cicit-nya. Setelah melalui perjalanan waktu hingga puluhan tahun, hobi merpati pos pun terus berkembang pesat di Indonesia. Pada awalnya, bermunculan klub-klub merpati pos (POMP/Perhimpunan Olahraga Merpati Pos) yang bersifat lokalan, seperti di Jakarta ada POMP Lang-Lang Buana (LLB), kemudian di Bandung ada Alap-Alap Bandung (ALBD).
“Perkumpulan-perkumpulan juga bermunculan di wilayah Indonesia lainnya, seperti POMP Mataram Yogyakarta, POMP Garuda Jawa Timur. hingga POMP Sriwijaya Palembang seperti yang saya tergabung didalamnya saat ini” kata Pria yang bermukim di Perum Arda Karang Raja ini.
Masing-masing anggota dari para perkumpulan tersebut, awalnya menjalankan hobinya dirumah masing-masing. Sang pemilik, menugaskan timnya menerbangkan burung merpati pos-nya (penerbang) ke suatu lokasi yang cukup jauh, hingga belasan bahkan puluhan kilo meter.
Kemudian, sang pemilik menunggu kedatangan penerbang-penerbang tersebut dikandang, yang umumnya berada di loteng (atap) rumahnya. Setelah melalui perjalanan jarak udara, yang lamanya tergantung jarak pos penerbangan, kemudian burung akan pulang dengan sedirinya ke kandangnya masing-masing.
Kemudian, setiap perkumpulan menggelar lomba untuk merangsang para penghobi dengan menyediakan hadiah jutaan rupiah bagi para pemenangnya. Dengan menggunakan alat pengukur kecepatan waktu tempuh (clock) yang diimport khusus dari Eropa, maka mereka pun melaksanakan berbagai lomba lokalan, yang diikuti belasan hingga puluhan anggota. Masing-masing anggota atau individu bisa mengikutsertakan penerbangnya sebanyak mungkin, tergantung kesiapan dan kondisi kandangnya masing-masing. Melalui lomba ini akan terseleksi penerbang-penerbang juara, hingga akhirnya bisa dijadikan bibit indukan untuk dikembangbiakkan atau regenerasi.
Seiring berjalannya waktu, lomba merpati pos pun terus mengalami perkembangan pesat. Dengan inovasi-inovasi terbaru, lomba pun dikemas sebaik dan semenarik mungkin, oleh organisasi resmi Perhimpunan Olahraga Merpati Pos Seluruh Indonesia (POMSI).
Salah satu hasilnya adalah lahirnya lomba Kandang Nasional, yang sudah berlangsung sejak 2005-2006 lalu. Konsep kandang nasional sendiri adalah memuasatkan penerbang-penerbang dari berbagai daerah yang diwakili para anggota POMP-POMP se-Indonesia. Para peserta dikarantina di kandang khusus, yang disebut kandang nasional, selama kurang lebih 3-5 bulan, sejak usia piyikan sampai dewasa atau siap lomba (usia 8 bulan – setahun).
Setelah melalui proses perawatan di karantina, kemudian menjelang lomba, digelar penerbangan latihan yang berlangsung selama sebulan. Biasanya, jumlah peserta yang dikarantina akan menyusut, sesuai proses alami. Yang kuat, yang bertahan. Sampai pada akhirnya, saat lomba tinggal menyisakan 50-60% peserta.
Setelah melalui tahapan lomba, mulai jarak pendek 50 KM, kemudian jarak menengah 300 KM, dan jarak panjang 600 KM, akhirnya jumlah peserta akan menyusut lagihingga tinggal menyisakan 200-300 penerbang. Nantinga akan muncul juara sejati atau juara umum, yang berhasil mengumpulkan poin tertinggi hasil dari 9 pos yang diikuti.
Burung terbaik adalah penerbang yang selalu masuk peringkat juara disetiap seri atau pos-nya. Melalui medan yang cukup menantang dan terjal, diantaranya hadangan gunung-gunung dan serangan alap-alap, para penerbang terbaik yang sudah teruji secara fisik maupunmenyal, akan mampu menuntaskan janjinya untuk kembali ke rumahnya, yang tidak lain adalah kandang nasional.
Sesuai prestasi yang dicapai, seekor merpati pos juara bisa dibanderol dengan harga jutaan rupiah, mulai belasan hingga puluhan juta rupiah. Hal ini sangat wajar, karena biaya perawatan untuk merpti pos lomba memang cukup tinggi. Agar bisa tampil prima di arena lomba, dibutuhkan asupan gizi dan multivitamin yang cukup.
Raih Juara Satu Dua dan Tiga
Burung Merpati Pos ‘Irwanto’ sendiri kata dia yang terbaik pernah mengenyam juara 3.
“Alhamdulillah kami pernah juara 3, ‘Harry Potter’ namanya Secara administrasi Dio Idak dihitung juara karena cincin burung hilang tapi secara tekhnis juara 3 …,dan momen pembagian hadiahnya pada 14 Februari” tutur nya.
“Itu dilepas nya dari Bandung… Harry Potter, itu kami didik selama 8 bulan…, Yah mudah-mudahan kedepan bisa juara lagi” sampai Irwanto.
“Sementara untuk Juara Satu dipegang oleh Ichsan Arofat, Merpatinya dinamai Iteung dan Juara 2 Ame pigeon Palembang”
Untukharga satu Burung Merpati Pos ini mulai dari 500 Ribuan sampai mencapai 3 puluhan Juta Rupiah. Dan selain memelihara Sang Juara ‘Harry Potter’, Irwanto juga membudidayakan Merpati Pos ini untuk diperdagangkan sebagai income tambahan nya. Diakhir pembincangan Irwanto menjelaskan, bahwa POMP SP diketuai oleh Ichsan Arofat. (Anja-Rian)